BAB I
PENDAHULUAN
Istilah dewasa menggambarkan segala organisme yang telah
matang tetapi lazimnya merujuk pada manusia. Dewasa adalah orang bukan lagi
anak-anak dan telah menjadi pria atau wanita seutuhnya. Seseorang dapat saja
dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tetap
diperlakukan anak kecil jika berada dibawah umur secara hukum begitu juga
sebaliknya.
Dibanding dengan
masa-masa sebelumnya masa dewasa adalah masa yang paling lama dalam rentang
kehidupan yaitu berkisar antara 21 sampai 40 tahun dan biasanya ditandai dengan
selesainya pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan
mampu bereproduksi.
Masa dewasa
dibagia atas tiga bagian yaitu dewasa awal, dewasa madya dan dewasa lanjut.
Namun dimakalah ini kami hanya membahas pada bagian dewasa awal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dewasa Awal
Banyak para pakar psikologi yang mendefinisikan mengenai dewasa
awal yaitu: Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan
bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap
hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak
seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang
disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri
karena berbeda dengan orang lain).
Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), masa
dewasa awal merupakan masa transisi, baik transisi secara fisik (physically
trantition), transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi
peran sosial (social role trantition).
Jadi dapat disimpukan bahwa dewasa awal adalah masa pencarian
kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada
pola hidup yang baru. Kisaran umur antara 21 sampai 40 tahun.
B.
Faktor yang Menunjukkan Kedawasaan
Menurut Dr. Harold Shyrock dari Amerika serikat, ada lima faktor
yang dapat menunjukkan kedewasaan yaitu:
1.
Fisik
Secara fisik, usia, perangkat tubuh, tinggi, dan lebarnya tubuh
seseorang dapat menunjukkan sifat kedewasaan pada diri seseorang. Namun, segi
fisik saja belum dapat menjamin bagi seseorang dapat untuk dikatakan telah
dewasa. Sebab banyak orang yang telah cukup usia dan kelihatan dewasa akan
tetapi ternyata dia masih sering memperlihatkan sifat kekanak-kanakan.
2.
Kemampuan mental
Dari segi mental dan rohani, kedewasaan seseorang dapat dilihat.
Orang yang telah dewasa dalam cara berpikir dan tindakannya berbeda dengan
orang yang masih kekanak-kanakan sifatnya. Dapat berpikir secara logis, pandai
mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat menilai semua
pengalaman hidup salah satu ciri-ciri kedewasaan pada diri seseorang. Sikap
kedewasaan yang sempurna itu jika ada keserasian antara perkembangan dan
mentalnya
3.
Pertumbuhan Sosial
Sifat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari pertumbuhan
sosialnya. Pertumbuhan sosial adalah suatu pemahaman tentang bagaimana dia
menyayangi pergaulan, bagaimana ia dapat memahami tentang bagaimana watak dan
kepribadian seseorang, dan bagaimana cara dia mampu membuat dirinya agar
disukai oleh orang lain dan dalam pergaulannya.
4.
Emosi
Emosi adalah keadaan batin manusia yang berhubungan erat dengan
rasa senang, sedih, gembira, kasih sayang dan benci. Kedewasaan seseorang itu
dapat dilihat dari cara seseorang dalam mengendalikan emosi. Jika orang pandai
mengendalikan emosinya maka berarti semua tindakan yang dilakukan bukan hanya
mengandalkan dorongan nafsu, melainkan dia telah menggunakan akal-akalnya juga.
Menyalurkan emosi dengan pengendalian dan pertimbangan dapat melahirkan sebuah
tindakan yang telah dewasa. Sehingga tetap berada dalam peraturan dan
norma-norma yang berlaku dalam agama
5.
Pertumbuhan spritiual dan moral
Seseorang yang telah dikatakan dewasa dapat dilihat dari
pertumbuhsn spiritual dan moral. Kematangan spiritual dan moral bagi seseorang
yang mendorong dia untuk mengisihi dan melayani orang lain dengan baik.
Seseorang yang telah berkembang pertumbuhan moral dan spiritualnya akan lebih
pandai dan lebih tenang menghadapiberbagai kesulitan dan persoalan hidup yang
menimpa dirinya, sebab dengan demikian segalanya akan dipasrahkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.[1]
C.
Tugas Perkembangan Dalam Masa Dewasa Awal
tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia
mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah
tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan,
atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang
mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
b. Belajar hidup bersama dengan suami istri
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan
masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun
rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati,
sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak
siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40)
dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek
rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun,
umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah
Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari
mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia
pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan
membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak
bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah
positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki
kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.
d. Mengelolah rumah tangga
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah
tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan
rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.
Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup
masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan
membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik
dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka
merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan
dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat
dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang
sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok
dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang
layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan
penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi
rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai
puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka
bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua)
untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik,
mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang
baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti
(1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran,
surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak
(pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak
penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan
mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan,
dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang
harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di
masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup
sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu
mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau
tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut
dengan baik.
g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai
pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah
membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.
D.
Penyesuaian Peran Seks Pada Masa Dewasa Awal
Penyesuaian peran seks pada masa dewasa awal benar-benar sulit.
Jauh sebelum masa remaja berakhir, anak laki-laki dan perempuan telah menyadari
pembagian peran seks yang direstui masyarakat, namun belum tentu meraka mau
menerima sepenuhnya. Pada kenyataannya, konsep tradisional yang telah ada telah
dimodifikasi atau bahkan diganti dengan konsep egalitarian (persamaan derajat)
antara wanita dan pria.[2]
Berikut ini merupakan perbedaan antara konsep peran seks yang
tradisional dan egalitarian.
|
Konsep
Tradisional
|
Konsep
Egalitarian
|
Konsep
|
Tidak memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peranperan
ini menekankan superioritas maskulin dan tidak tolerir pada setiap pekerjaan
yang memberi
kesan
kewanitaan.
|
Konsep egalitarian atau persamaan derajat menekankan
individualitas dan persamaan derajat antara pria dan wanita.
|
Pria
|
Di rumah: pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat dan tokoh
yang mendisiplin anak-anak, serta menjadi model maskulinitas bagi
putera-puteranya. Di luar rumah: pria menduduki posisi yang berwenang dan
berprestise dalam dunia bisnis.
|
Baik dirumah maupun di luar rumah, pria dapat bekerja sama dengan
isterinya. Dan ia pun tak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang
lebih besar penghasilannya dan berprestise darinya.
|
Wanita
|
Peran wanita disini berorientasi pada pengabdian terhadap orang
lain. Wanita tidak diharapkan bekerja di luar rumah, jikalau pun wanita harus
bekerja, biasanya dalam bidang pelayanan seperti perawat, dan guru.
|
Di rumah maupun di luar rumah, wanita mempunyai kesempatan untuk
mengaktualisasikan potensi serta pendidikannya.
|
E.
Hasil – Hasil Penelitian Psikologi Dewasa Awal
1.
Persepsi seks pada dewasa awal
Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini[3],
menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap
seks. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih
memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana manusia harus
memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku.
Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang
dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang
kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal.
2.
Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja
Adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung
perceraian merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang
kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan
di media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa. Salah
satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk menunda pernikahan adalah
keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional dengan pasangannya.
Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja termanifestasi dengan adanya
ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang kemampuan mereka
berbagi secar mosional dengan pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga
ketidak siapan fisik. Individu yang merasa memiliki kondisi kesehatan yang
tidak prima (sakit, misalnya) cenderung ragu melangkah menuju jenjang
pernikahan.
Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
a.
Memiliki
kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
b.
Memiliki
kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
c.
Bersedia
dan mampu menjadi pasangan dalam hubungan seksual.
d.
Bersedia
untuk membina hubungan seksual yang intim.
e.
Memiliki
kelembutan dan kasih sayang kepada orang lain.
f.
Sensitif
terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
g.
Dapat
berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
h.
Bersedia
berbagi rencana dengan orang lain.
i.
Bersedia
menerima keterbatasan orang lain.
j.
Memiliki
kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan
ekonomi.
k.
Bersedia
menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.
Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan
menikah yang lebih baik, artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan
beradaptasi setelah memasuki pernikahan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif
yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode
isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan
nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Kisaran umur antara 21 sampai 40 tahun.
Masa dewasa adalah
masa dimana seseorang harus melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
mulai belajar mandiri karena telah mempunyai tugas dan peran yang baru. Pada
masa ini juga terdapat tugas-tugas perkembangan yang jika tidak dioptimalkan
dengan baik akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas
Gunadarma.
Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. 2011. Jakarta:
Kencana.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. tanpa tahun.
Jakarta: Erlangga.
[1] Yudrik Jahja, Psikologi
Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011) hlm. 249-252
[2] Elizabeth B.
Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, tanpa tahun) hlm. 266
[3] Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya
Berdasarkan Jenis Kelamin pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas
Gunadarma: dayu_sarasvaty@yahoo.com
Komentar